MAKALAH
EKOLOGI TUMBUHAN
1.
Defenisi
Populasi, Komunitas, Ekosistem
a.
Populasi
Kelompok individu dari jenis yang
sama dalam suatu daerah. Dikarakterisasi dengan dua sifat utamanya yaitu :
mempunyai kesatuan genetika yang uniform, dan tidak ada bagian-bagian yang
dapat hidup terpisah dari bagian-bagian lainnya dalam waktu yang sama, dan
membentuk sistem Ekologi Individu (Ekologi Fisiologi)
Ciri-ciri populasi:
1. Ciri
biologi, merupakan ciri yang dimiliki oleh individu-individu pembangun
populasi.
Contoh
: Akar gantung pada anggrek.
2. Ciri
statistik, merupakan ciri unik sebagai himpunan dari kelompok individu.
Contoh : Kerapatan.
Contoh : Kerapatan.
b. Komunitas
Komunitasadalahkumpulandariberbagaipopulasi yang
hidup pada suatuwaktu dan daerahtertentu yang salingberinteraksi dan
mempengaruhisatu sama lain. Komunitasmemilikiderajatketerpaduan yang
lebihkompleksbiladibandingkandenganindividu dan populasi.
Ciri-ciri
Komunitas :
1. Bentuk atau
struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae,
dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan
habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan, dan lain-lain.
3. Berdasarkan
sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah
tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan
hujan tropis.
c. Ekosistem
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini
menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun
ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan
omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
1)
Ekosistem Alam
a.
Ekosistem Darat
Ekosistem
darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut :
Ø Gurun
Gurun dan
setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan
Asia Barat.
Ciri-ciri:
Ciri-ciri:
1.
Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun
2.
Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi
3.
Kelembaban udara sangat rendah
4.
Perbedaan suhu siang hari denganmalamharisangattinggi(siangdapat
mencapai 45˚ C, malam dapat turun sampai 0˚C).
5.
Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air
Ø
Padang Rumput
Padang rumput membentang mulai dari daerah tropis
sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia
Tengah, Amerika Selatan, Australia.
Ciri-ciri:
1.
Curah hujan antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa
daerah padang rumput curah hujannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
- Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
- Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Ø
Ø
Hutan Hujan Tropik
Hutan tropis memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling
tinggi. Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco, Amerika Tengah, sebagi`n
besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, dan lembah Kongo di Afrika.
Ciri-ciri:
1.
Curah hujannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu
antara 200 - 225 cm/tahun.
2.
Matahari bersinar sepanjang tahun.
3.
Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya
relatif kecil.
4.
Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang
hari, sehingga tidak ada perubahan suhu antara siang dan malam hari
Ø
Hutan Gugur (Deciduous Forest)
Ciri-ciri:
1.
Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 - 100 cm/tahun.
2.
Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim
gugur dan
musim semi.
musim semi.
b. Ekosistem
Air Tawar
Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
Ekosistem
air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir
a)
Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan
luas. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari.
b)
Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang
mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit
sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen
pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
2) Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
a.
Bendungan
Suatu ekosistem buatan yang berupa
bangunan penahan atau penimbun air untuk berbagai keperluan, misalnya
irigasi, pembangkit listrik.
b.
Hutan tanaman industri
Hutan yang sengaja ditanami dengan
jenis tanaman industri. Jenis tanaman yang umum ditanam adalah pinus,
mahoni, rasamala, dammar, dan jati seperti gambar disamping
2.
Aspek Klimatologis Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Provinsi Riau
Iklim
adalah sintesis hasil pengamatan cuaca untuk memperoleh deskripsi secara
statistik mengenai keadaan atmosfier pada daerah yang sangat luas (Barry, 1981
dalam Wenger, 1984). Berdasarkan batasan ruang dimana nilai-nilai yang ada
masih berlaku, maka iklim dibedakan kedalam iklim makro dan iklim mikro.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1984) iklim makro adalah iklim yang nilai-nilainya berlaku untuk daerah yang luas, sedangkan iklim mikro hanya berlaku untuk tempat atau ruang yang terbatas.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1984) iklim makro adalah iklim yang nilai-nilainya berlaku untuk daerah yang luas, sedangkan iklim mikro hanya berlaku untuk tempat atau ruang yang terbatas.
Dikemukakan
lebih lanjut bahwa iklim makro dipergunakan untuk menentapkan tipe iklim, zona
iklim, zona vegetasi dan sebagainya, sedangkan iklim mikro berhubungan dengan
habitat atau lingkungan mikro.
Menurut Kramer dan Kozlowski (1960) dalam Idris (1996), faktor-faktor iklim yang penting bagi hidup dari pertumbuhan individu dan masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban udara, gas udara dan angin.
Menurut Kramer dan Kozlowski (1960) dalam Idris (1996), faktor-faktor iklim yang penting bagi hidup dari pertumbuhan individu dan masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban udara, gas udara dan angin.
Dalam
sebuah hutan, suhu udara maksimum biasanya lebih rendah dan suhu minimum lebih
tinggi daripada di daerah yang terbuka. Selama siang hari, daun-daun dalam
tajuk menghalang-halangi masuknya radiasi matahari ke lantai hutan. Suhu di
dalam tajuk dipertahankan melalui transpirasi dari daun-daun. Pengaruh ini
mencegah suhu pada siang hari meningkat secara cepat; dengan demikian ruangan
di bawah tajuk lebih dingin daripada daerah terbuka selama siang hari.
Pada
malam hari tajuk pohon mencegah kehilangan panas yang cepat dari lapisan batang
melalui radiasi ke angkasa. Oleh karena itu, suhu udara tetap lebih tinggi
dibadingkan dengan di luar hutan (Gates, 1980 dalam Wenger, 1984).
Menurut Wenger (1984) dan Sukadaryati et al., (2002) suhu maksimum di dalam hutan adalah berada di bagian atas tajuk.
Menurut Wenger (1984) dan Sukadaryati et al., (2002) suhu maksimum di dalam hutan adalah berada di bagian atas tajuk.
Di
bawah lapisan ini, suhu biasanya tetap sampai ke lantai hutan, bahkan sedikit
berkurang jika tajuknya rapat. Apabila tajuk hutan jarang, suhu udara dekat
lantai hutan dapat menjadi lebih panas ketimbang suhu udara di dalam tajuk.
Pada malam hari puncak tajuk menjadi lebih dingin, yang mengakibatkan inversi
sehingga dapat menjerat debu, asap dan CO2 di dalam dan di bawah tajuk. Pada
tajuk yang jarang, udara yang dingin dapat turun dan berkumpul di atas
permukaan lantai hutan.
Jumlah
air atau uap air di udara berpengaruh secara langsung terhadap tumbuhan sebagai
cekaman lingkungan. Udara kering yang menyebabkan pengeringan tanah yang sangat
cepat dan transpirasi tanaman yang luar biasa berpengaruh buruk terhadap
tanaman itu sendiri.
Umumnya
kelembaban di dalam sebuah hutan adalah lebih tinggi daripada tempat terbuka
dikarenakan adanya transpirasi dari daun-daun dan suhu yang rendah. Selama
siang hari, tanah lantai hutan dan tajuk merupakan sumber kandungan air. Oleh
karena itu kelembaban nisbi selama siang hari adalah tertinggi di dekat tanah
lantai hutan, lebih rendah pada lapisan batang dan lebih tinggi dari daerah
tajuk. Fenomena ini disajikan Gates, (1980 dalam Wenger, 1984).
Kelembaban
relatif hutan gambut cukup tinggi pada musim hujan, yakni berkisar 90 % - 96 %,
baik dalam hutan alami maupun hutan gundul atau lahan kosong. Pada musim
kemarau, kelembaban menurun menjadi 80 %, dan pada bulan-bulan kering berkisar
0 % - 84 % Pada siang hari di muism kemarau, kelembaban dapat mencapai 67 % -
69 %. Tetapi pada pai hari, kelembaban pada musim kemarau lebih tinggi daripada
musim hujan, yaitu dapat mencapai 90 % - 96 % (Rieley, et al., 1996).
Penelitian
menunjukan, bahwa unsur tertentu yang terkandung di udara diperlukan untuk
pertumbuhan normal bagi tumbuhan. Unsur penting ini harus berada dalam bentuk
yang dapat digunakan tumbuhan dan dalam kosentrasi yang optimum untuk
pertumbuhan suatu tanaman (Rieley, et al., 1996).
Tanaman tingkat tinggi mendapatkan sebagian besar karbon (C) dan oksigen (O) langsung dari udara karena fotosintesis. Sedangkan hidrogen (Hukum) diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari air dalam tanah. Nitrogen diperoleh tumbuhan dari udara tanah secara tidak langsung oleh leguminose. Unsur esensial lainnya diperoleh dari bagian tanah yang padat (Buckman dan Bardy, 1982).
Tanaman tingkat tinggi mendapatkan sebagian besar karbon (C) dan oksigen (O) langsung dari udara karena fotosintesis. Sedangkan hidrogen (Hukum) diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari air dalam tanah. Nitrogen diperoleh tumbuhan dari udara tanah secara tidak langsung oleh leguminose. Unsur esensial lainnya diperoleh dari bagian tanah yang padat (Buckman dan Bardy, 1982).
Suhu
tanah yang sangat mempengaruhi aktivitas biotis awal dan pertumbuhan pohon
paling sedikit tergantung kepada tiga faktor, yaitu
1) jumlah
bersih panas yang diadsorbsi,
2) energi
panas yang diperlukan yang membawa perubahan pada suhu tanah dan,
3) energi
panas yang dibutuhkan untuk perubahan lain seperti evaporasi (Buckman dan
Bardy, 1982).
Menurut
Gates (1980) dalam Wanger (1984), jumlah panas yang diadsorbsi oleh tanah
ditentukan oleh banyaknya radiasi matahari efektif yang mencapai bumi dan
faktor-faktor setempat seperti warna tanah, kemiringan dan vegetasi penutup
yang mengubah jumlah bersih panas yang masuk.
Dubenmire (1974) menyatakan bawa warna permukaan tanah mempengaruhi jumlah radiasi yang dapat diadsorbsi dan mengatur jumlah panas yang disimpan dan diradiasikan kembali ke atmosfir.
Dubenmire (1974) menyatakan bawa warna permukaan tanah mempengaruhi jumlah radiasi yang dapat diadsorbsi dan mengatur jumlah panas yang disimpan dan diradiasikan kembali ke atmosfir.
.
Menurut Noor (2001) suhu gambut sendiri lebih besar daripada suhu udara antara hutan dan lahan kosong. Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup hutan, suhu gambut berkisar 25,5 0C – 29,0 0C dan jika keadaan terbuka berkisar 40,0 0C – 42,5 0C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan merangsang aktivitas mikro organisme sehingga perombakan gambut lebih dipercepat dan intensif, sehingga mempercepat terjadinya degradasi gambut, Oleh karena ruang gerak kehidupan tumbuh-tumbuhan dan mahkluk lainnya terdapat di lapisan terbawah atmosfir, di dekat tanah, maka apabila perhatian difokuskan iklim sebagai salah satu unsur ekosistem sumber daya hutan, yang lebih sangat berkaitan untuk dikaji dalam konteks ini adalah iklim mikro.
Menurut Noor (2001) suhu gambut sendiri lebih besar daripada suhu udara antara hutan dan lahan kosong. Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup hutan, suhu gambut berkisar 25,5 0C – 29,0 0C dan jika keadaan terbuka berkisar 40,0 0C – 42,5 0C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan merangsang aktivitas mikro organisme sehingga perombakan gambut lebih dipercepat dan intensif, sehingga mempercepat terjadinya degradasi gambut, Oleh karena ruang gerak kehidupan tumbuh-tumbuhan dan mahkluk lainnya terdapat di lapisan terbawah atmosfir, di dekat tanah, maka apabila perhatian difokuskan iklim sebagai salah satu unsur ekosistem sumber daya hutan, yang lebih sangat berkaitan untuk dikaji dalam konteks ini adalah iklim mikro.
Peranan
suhu yang penting dalam pertumbuhan pohon atau vegetasi adalah suhu udara dan
suhu tanah. Suhu pada tajuk pohon akan mempengaruhi pertumbuhan karena suhu
mempengaruhi kecepatan respirasi dan transpirasi. Sedangkan meningkatnya suhu
tanah dapat mematikan aktifitas metabolisme (Spurr dan Barnes, 1980). Menurut
Smith (1983) pada hutan tropis suhu permukaan tanah hampir tetap yaitu 27°C
karena sinar matahari tertahan oleh vegetasi, sehingga hampir sama dengan suhu
udara.
Sanchez
dalam Bismark (1990) mengatakan bahwa bila pohon di hutan banyak ditebang, maka
suhu permukaan tanah dapat meningkat 7 - 11°C. Karena
radiasi yang diberikan pada permukaan lebih tinggi. Secara tioritis suhu yang
meningkat di bawah tegakan akibat penebangan dan penyaradan memberi petunjuk
bahwa kelembabannya menurun. Kemungkinannya adalah vegetasi sebagai salah satu
sumber kandungan air sebagian telah hilang karena penebangan dan penyaradan.
Akan tetapi dugaan ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut melalui penelitian
di lapangan.
3.
Aspek Edhapis Ekosistem Hutan Rawa Gambut Provinsi
Riau
Gambut
adalah bahan tanah yang tidak mudah lapuk, terdiri dari bahan organik yang
sebagian besar belum terdekomposisi atau sedikit terdekomposisi serta
terakumulasi pada keadaan kelembaban yang berlebihan. Berdasarkan kandungan
bahan organik, dikenal dua golongan tanah yaitu tanah mineral yang mengandung
bahan organik berkisar antara 15 % sampai dengan 20 % dan tanah organik yang
mengandung bahan organik berkisar antara 20 % sampai dengan 25 % bahkan
kadang-kadang sampai 90 % mengandung bahan organik (Buckman dan Brady, 1982).
Asian
Wetland Beraue dan Ditjen PHPA (1993) dalam Koesmawadi (1996) mengemukakan
bahwa hutan rawa gambut merupakan status ekosistem yang unik mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut (a) selalu tergenang air, (b) komposisi jenis pon
beraneka ragam, mulai dari tegakan sejenis seperti jenis Calophyllum inophyllum
Mix. Sampai tegakan campuran, (c) terdapat lapisan gambut pada lantai hutan,
(d) mempunyai perakaran yang khas, dan (e) dapat tumbuh pada tanah yang
bersifat masam.
Tanah
gambut, merupakan tanah yang tersusun dari bahan organik, baik dengan ketebalan
bahan organik lebih dari 45 cm ataupun terdapat secara berlapis bersama taah
mineral pada ketebalan penampang 80 cm serta mempunyai tebal lapisan bahan
organik lebih dari 50 cm (Suhardjo, 1983). Tanah gambut tersebut pada umumnya
mengandung lebih dari 60 % bahan organik (Driessen, 1977). Tanah gambut atau
tanah organik dimaksud dikenal juga sebagai tanah organosol atau histosol
(Suhardjo, 1983).
Menurut
sistem kalsifikasi taksonomi tanah (USDA, 1975) tanah gambut termasuk kedalam
ordo histosol, yaitu tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 %
tekstur pasir atau lebih dari 30 % tekstur liat. Lapisan yang mengandung bahan
organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Menurut sistem klasifikasi
tersebut, ordo histosol berdasarkan bahan asal dan tingkat perombakannya
dibedakan menjadi empat sub-ordo, yaitu folist, fibrist, hemist dan saprist.
Sub-ordo tersebut berdasarkan kandungan atau ketebalan bahan penciri dan
temperaturnya dibedakan menjadi beberapa kelompok besar. Untuk daerah tropika
nama-nama kelompok besar antara lain : tropofolist, tropofibrist, tropohemist dan
troposaprist. Kelompok besar ini secara umum mempunyai perbedaan temperatur
rata-rata musim panas dan dingin kurang dari 50 C.
1) Tanpa
memandang tingkat dekomposisinya, gambut dikelaskan sesuai dengan bahan
induknya menjadi tiga (Buckman dan Brady, 1982) yaitu :
Gambut endapan; Gambut endapan biasanya tertimbun di dalam air yang relatif dalam. Karena itu umumnya terdapat jelas di profil bagian bawah. Meskipun demikian, kadang-kadang tercampur dengan tipe gambut lainnya jika lebih dekat dengan permukaan. Gambut ini berciri kompak dan kenyal serta bewarna hijau tua jika masih dalam keadaan aslinya. Kalau kering gambut ini menyerap air sangat lambat dan bertahan tetap dalam keadaan sangat keras dan bergumpal. Gambut ini tidak dikehendaki, karena sifat fisiknya yang tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman.
Gambut endapan; Gambut endapan biasanya tertimbun di dalam air yang relatif dalam. Karena itu umumnya terdapat jelas di profil bagian bawah. Meskipun demikian, kadang-kadang tercampur dengan tipe gambut lainnya jika lebih dekat dengan permukaan. Gambut ini berciri kompak dan kenyal serta bewarna hijau tua jika masih dalam keadaan aslinya. Kalau kering gambut ini menyerap air sangat lambat dan bertahan tetap dalam keadaan sangat keras dan bergumpal. Gambut ini tidak dikehendaki, karena sifat fisiknya yang tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman.
2) Gambut
berserat; Gambut ini mempunyai kemampuan mengikat air tinggi dan dapat
menunjukan berbagai derajat dekomposisi. Gambut berserat mungkin terdapat
dipermukaan timbunan bahan organik yang belum terdekomposisi, sebagian atau
seluruhnya terdapat dalam profil bawah, biasanya terlihat di atas endapan.
3) Gambut
kayuan; Gambut kayuan biasanya terdapat dipermukaan timbunan organik. Gambut
ini bewarna coklat atau hitam jika basah, sesuai dengan sifat humifikasinya. Kemampuan
mengikat air rendah, oleh karena itu gambut kayuan kurang sesuai digunakan
untuk persemaian.
Menurut
Darmawijaya (180) berdasarkan faktor pembentukannya, gambut digolongkan menjadi
tiga bagian, yaitu :
1. dari
3000 mm tiap tahun. Bersifat sangat masam dengan pH 3,0 – 4,5.
2. Gambut
topogen; Gambut topogen Gambut ombrogen; Gambut ombrogen terbentuk karena
pengaruh curah hujan yang tinggi, dengan air yang tergenang, tanpa perbedaan
musim yang mencolok dan pada daerah tropika yang lebat dengan curah hujan lebih
terbentuk karena pengaruh topografi, berasal dari tanaman paku-pakuan dan semak
belukar dan mempunyai pH yang relatif tinggi.
3. Gambut
pegunungan; Gambut ini terbentuk karena ketinggian tempat gambut, di daerah
katulistiwa hanya terbentuk di daerah pegunungan dan iklimnya menyerupai iklim
di daerh sedang dengan vegetasi utamanya Sphagnum.
Bahan
organik pada tanah gambut dibedakan atas tiga macam (Rosmarkam et al., 1988)
yaitu :
1. Fibric
yang tingkat dekomposisinya masih rendah, sehingga masih banyak mengandung
serabut, berat jenis sangat rendah (kurang dari 0,1), kadar air banyak, berwarna
kuning sampai pucat.
2. Hemic
merupakan peralihan dengan tingkat dekomposisi sedang, masih banyak mengandung
serabut, berat jenis antara 0,07 – 0,18, kadar air banyak, berwarna coklat muda
sampai coklat tua.
3. Sapric
yang dekomposisinya paling lanjut, kurang mengandung serabut, berat jenis 0,2
atau lebih, kadar air tidak terlalu banyak dengan warna hitam dan coklat kelam.
Tanah
gambut di Indonesia sangat bervariasi tingkat kesuburannya. Gambut pantai
umumnya merupakan gambut topogenous atau mesogenous, sebagian besar tergolong
kedalam eutropik atau mesogenous, karena memperoleh tambahan unsur lain dari
luar yaitu yang dibawa air pasang. Sedangkan gambut pedalaman pada umumnya
merupakan gambut ombrogenous atau mesogenous yang termasuk kedalam oligotropik
(Polak, 1975).
Kualitas
tanah gambut sangat tergantung pada vegetasi yang menghasilkan bahan organik
pembentuk tanah gambut, bahan mineral yang berada di dawahnya, faktor lingkungan
tempat terbentuknya tanah gambut dan proses pembentukan tanahnya. Vegetasi
bahan pembentuk tanah gambut dipengaruhi oleh keadaan iklim, kualitas dan tata
air tempat pembentukannya. Di daerah dataran tinggi dengan suhu yang dingin
bahan organik yang terbentuk lebih halus dan mudah melapuk daripada di dataran
rendah atau pantai. Vegetasi rawa atau air semula berupa rumput-rumputan yang
membentuk bahan organik lebih dahulu di lapisan bawah, untuk kemudian ditimbun
oleh bahan vegetasi yang lebih besar di atasnya. Oleh karena itu, tanah gambut
mempunyai lapisan-lapisan dengan perbedaan kualitas karena vegetasi yang
memberikan bahan organik berbeda (Suhardjo, 1983).
Selanjutnya
Suhardjo (983) menyatakan bahwa sifat-sifat fisik tanah gambut ditentukan oleh
tingkat dekomposisi atau kematangan bahan organik pembentuk gambut. Tingkat
kematangan gambut ini dicirikan oleh kandungan serat bahan organik tersebut.
Yang dimaksud serat adalah potongan atau kepingan jaringan tumbuhan yang
tertahan oleh jaring dengan ukuran mesh 100, tidak termasuk akar hidup dan
struktur jaringannya masih dapat dikenali.
Fibric
adalah tingkat gambut yang dekomposisinya rendah, duapertiga volumenya terisi
serat. Tingkat kematangan hemic sedang dengan kandungan seratnya sepertiga
sampai duapertiga volumenya. Sapric adalah bahan organik yang paling lapuk,
kurang dari sepertiga volumenya masih berupa serat.Jumlah, bentuk dan ukuran
serat menentukan jumlah dan sebaran ukuran pori.
Ruang
pori total (RPT) ditentukan oleh bobot, isi dan bobot jenis rata-rata (average
specifik density) gambut, sedang sebaran ukuran pori dipengaruhi oleh sebaran
fraksi/serat dan struktur. Jumlah dan sebaran ukuran pori menentukan
sifat-sifat retensi air, daya simpan air dan daya hantar hidrolik (Adhi, 1984).
Susunan
kimia dan kesuburan tanah gambut ditentukan oleh ketebalan lapisan gambut dan
tingkat kematangan lapisan-lapisannya, keadaan tanah mineral di bawah lapisan
gambut serta kualitas air sungai atau air pasang yang mempengaruhi lahan gambut
dalam proses pembentukan dan pematangannya (Adhi, 1986).
Sifat
kimia tanah gambut dicirikan dengan nilai pH dan ketersediaan unsur nitrogen,
fosfor dan kalium rendah, kejenuhan kalsium dan magnesium yang rendah, diikuti
dengan pertukaran Al, Fe yang cukup tinggi sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman (Hakim, 1986). Gambut yang dipengaruhi air sungai, payau
atau air laut lebih kaya unsur hara dibandingkan dengan gambut yang hanya
tergantung air hujan saja. Kualitas air mempengaruhi kesuburan gambut yang
terbentuk. Sedangkan tingkat kesuburan tanah gambut ditentukan oleh kandungan
N, K2O, P2O5, CaO dan kadar abu. Semakin tinggi nilai-nilai tersebut semakin
tinggi kesuburannya (Fleischer dalam Supraptohardjo, 1974).
Menurut
Hakim (1986) berdasarkan nilai-nilai tersebut menggolongkan kesuburan tanah
gambut menjadi tiga yaitu :
1.
Gambut eutropik yang subur.
2.
Gambut mesotropik dengan kesuburan
sedang
3.
Gambut oligotropik dengan kesuburan
rendah.
Lokasi
HPH PT. Yos Raya Timber didominasi oleh gambut ombrogen oligotropik, yaitu gambut
yang miskin dengan sumber penggenangan air hujan. Pada gambut ombrogen semakin
ke arah tengah lahan gambut terjadi penurunan tingkat kandungan hara.
Kecendrungan semakin menurunya kesuburan tanah dicirikan oleh menurunya tinggi
tajuk vegetasi hutan, menurunya bahan kering per satuan luas, menebalnya daun
serta menurunnya rata-rata diameter pohon. Ketidakmampuan pohon-pohon tumbuh
optimal dibagian tengah gambut karena keadaannya yang sangat ekstrim, khusunya
pH dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Anwar et al., 1984). Sebagai
akibat dari keadaan di atas, formasi hutan gambut ombrogen sering memiliki
variasi lokal sebagai phasic communities (Anderson, 1961).
Menurut
Rose dalam (Mile, 1997), hutan-hutan tropika basah yang tergolong ke dalam
hutan tropika basah dataran rendah (lowland tropical rain forest) dan tinggi
(higland tropical rain forest) sebagian besar tumbuh pada tanah yang tergolong
marginal. Menurut Prichet (1979), hutan alam tersebut dapat tumbuh dengan baik
dan lestari pada tanah yang berpelapukan lanjut karena memiliki sistem
perputaran hara tertutup (closed system nutrients cycling) yang terjaga dengan
baik.
Jordan
(1985) menyatakan, bahwa hal ini dimungkinkan karena kondisi hutan alam yang
multi strata baik tajuk maupun sistem perakaran serta kondisi iklim (terutama
curah hujan dan temperatur) yang dapat mendukung terjadinya pengembalian hara
yang cepat serta pemanfaatannya secara efesien.
Selanjutnya
Prichet (1979) menyatakan bahwa kemampuan hutan tropika basah Indonesia bukan
disebabkan oleh kesuburan tanahnya, melainkan semata disebabkan oleh adanya
siklus hara yang ketat dan tertutup yang mampu menyumbat peluang kebocoran
unsur hara. Perjalanan suksesi hutan menuju klimaks, pada hakekatnya merupakan
proses pembangunan ekosistem.
Pada
saat suksesi mencapai klimaks, ekosistem yang dibentuknya berada dalam keadaan
kondisi yang paling baik. Tanaman yang berkembang pada kondisi ini didukung
oleh lingkungan tumbuh yang paling optimal. Dehutanisasi yang diikuti oleh
konversi hutan menjadi berbagai macam fungsi, betapun mulianya tujuan program
ini, secara ekologi pada hakekatnya memundurkan perjalanan suksesi dari kondisi
klimaksnya. Merubah watak siklus hara yang ketat dan tertutup menjadi longgar
dan terbuka akan memberikan peluang lebar terhadap proses kebocoran hara
mineral.
Jordan
(1985) menyatakan bahwa, hasil fotosintesa hutan tropis lebih banyak di simpan
di daun, sedangkan tanaman hutan temperate lebih banyak disimpan di kayu.
Dengan demikian, walaupun produk bersih tanaman (net primary productivity)
hutan tropis lebih besar, namun lebih disebabkan oleh banyaknya produksi daun.
Banyaknya produksi daun menyebabkan sebagian besar unsur hara yang ada di dalam
hutan tropika basah tersimpan pada biomas tanaman dan bukan pada tanah hutan sebagaimana
pada hutan temperate, dimana sebagian besar unsur haranya tersimpan di tanah
dan lantai hutan. Hal ini dikarenakan adanya proses pembentukan unsur hara yang
terjadi secara berkala melalui proses pengguruan daun. Oleh karena itu
dehutanisasi hutan tropika basah berakibat kemerosotan hara tanah secara
drastis dibandingkan dengan proses dehutanisasi daerah temperate (nontropis).
Elfis.
2010. Iklim Hutan Rawa Gambut. Available @
http://elfisuir.blogspot.com/2010/06/iklim-hutan-rawa-gambut-propinsi-riau.html.
Diakses pada tanggal 20 April 2014
Elfis.
2010. Tanah Hutan Rawa Gambut. Available @ http://elfisuir.blogspot.com/2010/06/tanah-hutan-rawa-gambut-propinsi-riau.html.
Diakses pada tanggal 20 April 2014.
Mothy.diwi.2012.Populasi
Tumbuhan. Available @ http://diwimothy.blogspot.com/2012/05/populasi-tumbuhan.html. Diakses pada tanggal 20 April 2014.
Qurrazeluxe.Taufiq.
2012. Macam-Macam Ekosistem Beserta Ciri. Available @ http://taufiqurrazeluxe.blogspot.com/2012/02/macam-macam-ekosistem-beserta-ciri.html. Diakses pada tanggal 20 April 2014.
Sportsbook at Jordan 22 Retro - Casino - Airjordan22
BalasHapusJordan 22 Sportsbook at Jordan 22 air jordan 18 retro red sale Retro This is air jordan 18 retro yellow suede outlet your best bet to get in on the action with where to find air jordan 18 retro men red new and air jordan 18 retro yellow shop exclusive offers. In our online 365 벳 casino review,